LIVE Streaming RADIO SUARA KASIH

PASANG IKLAN DI SINI

Pasang Spot Iklan Slide:


BKKBN, Tanoto Foundation dan Forum Koordinasi Jurnalis Kunjungi Keluarga Dengan Stunting di Sillu

 

Merry Adriana Fony (43), Salah seorang ibu di Desa Sillu yang anaknya mengalami Stunting (Foto : Geno)

Radioswarakasih.id, Fatuleu - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT berkolaborasi dengan Tanoto Foundation dan Forum Koordinasi Jurnalis, baik media online, media cetak dan elektronik, mengunjungi Desa Sillu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, pada Senin (11/12/23)

Sekretaris BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin, saat diwawancarai awak media mengatakan bahwa, kunjungan bersama awak media ini dilakukan agar para jurnalis dapat melihat langsung keadaan keluarga sasaran yang memiliki faktor risiko untuk melahirkan anak stunting di desa. Mulai dari calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, keluarga dengan anak 0-23 bulan dan keluarga dengan anak 24-59 bulan. Juga faktor lain yang bisa membuat anak yang dilahirkan berpotensi stunting yaitu sanitasi, akses air bersih, dan kondisi 4T (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat dan Terlalu banyak)

Kunjungan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Kegiatan Forum Group Discussion (FGD), yang sebelumnya telah dua kali dilaksanakan oleh BKKBN agar bukan Cuma mendapat materi tapi para jurnalis juga dapat melihat secara langsung kondisi di lapangan terkait stunting. Dalam kegiatan ini  juga ada pembagian paket sembako, berupa beras dan telur kepada warga yang anaknya berisiko terkena stunting di Sillu.

Program Manager kemitraan BKKBN dari Tanoto Foundation, Arnoldus Paut mengharapkan, melalui kegiatan ini para jurnalis mampu menganalisis masalah langsung dari narasumber seperti masyarakat yang anaknya beresiko stunting atau sudah mengalami stunting. Dengan begitu, para jurnalis bisa mendapat mendapat data, memberikan saran dan masukan, lalu membuat berita yang bisa memberikan dampak masif bagi pembaca, kemudian bersama semua unsur terkait untuk berkolaborasi dalam mengatasi masalah stunting di NTT.

Selain itu , Merry Adriana Fony (43), Salah seorang ibu dalam masa Nifas di Dusun 3, Desa Sillu yang telah mempunyai 9 anak mengaku, saat hamil anak bungsunya, Ia kurang mendapat asupan gizi. Selama hamil Merry memakan sayur, ikan dan daging seadanya, juga vitamin dari Puskesmas dan tidak ada susu untuk ibu hamil karena keterbatasan perekonomian keluarga.

Jenni Johanes (30), Petugas Puskesmas Desa Sillu mengatakan, salah satu faktor tingginya angka stunting di Desa Sillu karena rendahnya angka kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan mereka pada faskes yang ada, selain faktor ekonomi, gizi dan  kehamilan yang banyak didominasi usia yang terlalu muda dan terlalu tua.

" Kadang ibu hamil itu saat awal hamil itu belum datang di fasilitas kesehatan tapi nanti kalau perut sudah besar atau trimester 2 kadang trimester 3 sebelum melahirkan itu baru mereka datang periksa satu dua kali, setelah itu melahirkan. itu jadi itu salah faktor yang bikin angka stunting banyak di desa ini, selain ekonomi, pola hidup dan gizi, karena mereka tidak dapat kami kontrol setiap fase kehamilannya," Imbuh Jenni.

Para jurnalis juga mendapati bahwa kondisi jamban warga masih banyak yang memprihatinkan, karena jauh dari kata layak.

 

Penulis : Genoveva Horo

Edit : Clarisa

 

Belum ada Komentar untuk "BKKBN, Tanoto Foundation dan Forum Koordinasi Jurnalis Kunjungi Keluarga Dengan Stunting di Sillu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel